• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA BOTCHAN DALAM NOVEL BOTCHAN KARYA NATSUME SOSEKI (KAJIAN PSIKOANALISIS) 夏目漱石の「坊っちゃん」における主人公の人格 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA BOTCHAN DALAM NOVEL BOTCHAN KARYA NATSUME SOSEKI (KAJIAN PSIKOANALISIS) 夏目漱石の「坊っちゃん」における主人公の人格 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA BOTCHAN DALAM

NOVEL BOTCHAN KARYA NATSUME SOSEKI

(KAJIAN PSIKOANALISIS)

夏目漱石 坊 主人 人格

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana Program S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Oleh :

Shabrina Alifah Ghaisani NIM 13050112140036

PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

ii

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA BOTCHAN DALAM

NOVEL BOTCHAN KARYA NATSUME SOSEKI

(KAJIAN PSIKOANALISIS)

夏目漱石 坊 主人 人格

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana Program S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Oleh :

Shabrina Alifah Ghaisani NIM 13050112140036

PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2017

(3)

iii

Dengan sebenarnya penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun tanpa mengambil bahan hasil penelitian baik untuk memperoleh suatu gelar sarjana atau diploma yang sudah ada di universitas lain maupun hasil penelitian lainnya. Penulis juga menyatakan bahwa skripsi ini tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain kecuali yang sudah disebutkan dalam rujukan dan dalam Daftar Pustaka. Penulis bersedia menerima sanksi jika terbukti melakukan plagiasi/penjiplakan.

Semarang, Mei 2017

Penulis,

(4)

iv

(5)
(6)

vi MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila

kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S Al-Insyirah 6-7)

Every”ay is ra“e, The last but not least

(Anonymous)

Life is like riding a bicycle.

To keep your balance, you must keep, moving

(Albert Einstein)

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis dedikasikan untuk orang-orang tercinta, tersayang, dan terhebat dalam sepanjang hidup penulis yaitu kepada:

1. Ayah dan Ibu yang tiada hentinya memberikan semangat kepada penulis untuk segara menyelesaikan skripsi ini. Doa dan harapan kalian sangat berpengaruh terhadap penulisan skripsi ini.

2. Adikku Irsyad segera bisa menyelesaikan kuliahnya. Dan adikku Ghifar perjalananmu masih panjang, belajarlah dengan baik di sekolah. Terima kasih kalian selalu mengingatkan penulis agar bisa cepat pulang dan berkumpul lagi dirumah.

3. Ibu Nur Hastuti, S.S, M.Hum selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini terimakasih untuk semua ilmu, saran, dan pembelajaran yang diberikan. Terimakasih untuk kesabaran dalam membimbing penulis yang sempat kehilangan arah untuk menyelesaikan skripsi ini sampai akhir. 4. Ibu Yuliani Rahmah, S.Pd, M.Hum, selaku dosen wali terimakasih untuk

segala dukungan, motivasi serta doa yang diberikan kepada penulis. Semoga segala kebaikan Ibu Yuli dibalas oleh Allah SWT.

(8)

viii

6. Teman terbaik penulis selama di Semarang Selfi (Aliyah), Dini, Aulia, Memed, Inna, Funny, Rochmah, Intan, Yoko dan Rissa. Teman dari maba sampai sekarang, teman main dan sebagainya. Terima kasih untuk canda tawa kalian dan motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Selfi Indriyani. Teman seperjuangan selama proses penulisan skripsi. Banyak suka duka yang kita alami selama mengerjakan skripsi ini. Terima kasih telah menjadi partner skripsi penulis dan teman satu kostan dari maba sampai sekarang.

8. Sahabat terbaik penulis Lita, Fanny dan Astri, terima kasih banyak sudah memberikan motivasi pada penulis agar bisa menyelesaikan skripsi ini. 9. Tita dan Azizah, teman KKN yang sampai saat ini masih berkomunikasi

dengan baik. Terima kasih selama 35 harinya dan sampai saat ini kita masih bisa melanjutkan canda tawa kita.

(9)

ix PRAKATA

Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Humaniora di Universitas Diponegoro. Judul dari skripsi ini adalah “Kepribadian Tokoh Utama Botchan dalam Novel Botchan”. Penyelesaian skripsi ini tidak luput dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unversitas Diponegoro Semarang, Bapak Dr. Redyanto Noor, M.Hum.

2. Ketua Program Studi S1 Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang, Ibu Elizabeth Ika Hesti A.N.R., SS, M.Hum. 3. Ibu Nur Hastuti, S.S, M.Hum, selaku dosen pembimbing dalam penulisan

skripsi ini. Terimakasih atas kesediaan waktu, kesabaran, bimbingan dan juga bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

4. Ibu Yuliani Rahmah, S.Pd, M.Hum, selaku dosen wali. Terimakasih atas dukungan dan bimbingan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa program studi S1 Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.

(10)

x

penulis sehingga menambah wawasan dan pengetahuan penulis lebih banyak.

6. Kedua orang tua penulis, Ayah dan Ibu tersayang yang terus mendukung penulis disaat masa-masa sulit datang.

7. Terakhir terimakasih banyak untuk semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan di waktu yang akan datang.

Semarang, Mei 2017

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

INTISARI ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 6

1.4.2. Manfaat Praktis ... 7

1.5. Ruang Lingkup ... 7

1.6. Metode Penelitian... 8

(12)

xii

1.6.2. Metode Analisis Data ... 8

1.7. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka ... 10

2.2. Kerangka Teori... 12

2.2.1. Teori Struktural ... 12

2.2.1.1 Tokoh dan Penokohan ... 13

2.2.1.2 Latar ... 15

2.2.1.3 Alur dan Pengaluran ... 17

2.2.2. Teori Psikologi Sastra ... 18

2.2.3 Teori Psikoanalisis ... 19

2.2.3.1 Tipe Kepribadian ... 20

2.2.4 Nilai Moral ... 23

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Struktural Novel ... 25

3.1.1. Tokoh dan Penokohan ... 25

3.1.2. Latar ... 33

3.1.3 Alur dan pengaluran ... 39

3.2 Analisis Tipe Kepribadian Tokoh Utama Botchan ... 41

3.2.1 Tokoh Botchan ... 42

3.2.1.1 Fungsi Jiwa... 42

3.2.1.2 Sikap Jiwa ... 48

(13)

xiii

3.3.1 Kejujuran ... 51

3.3.2 Bertanggung jawab... 52

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan ... 54

4.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

要 ... 58

LAMPIRAN ... 61

(14)

xiv INTISARI

Ghaisani, Shabrina Alifah. 2017. “Kepribadian Tokoh Utama Botchan dalam Novel Botchan,, Karya Natsume Soseki: Kajian Psikologi Sastra”. Skripsi, Sastra Jepang, Universitas Diponegoro, Semarang. Pembimbing Nur Hastuti, S.S, M.Hum. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan unsur struktural dalam novel Botchan dan kepribadian tokoh utama Botchan dalam novel Botchan. Penelitian ini menggunakan objek kajian berupa novel dengan judul Botchan.

Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan untuk memperoleh data yang menunjang penelitian. Dan teori yang menunjang penelitian ini adalah teori struktural, teori kepribadian fungsi jiwa dan sikap jiwa menurut Carl Gustav Jung dan nilai moral.

Hasil penelitian ditemukan 4 jenis fungsi yang dimiliki Botchan yaitu, fungsi pengindra, fungsi intuitif, fungsi berpikir, dan fungsi perasa. Fungsi yang paling banyak dimiliki Botchan adalah fungsi pengindra dan fungsi perasa. Sikap jiwa yang dimiliki Botchan adalah sikap introvert, karena setelah di analisis berdasarkan fungsi jiwa, sikap jiwa yang paling menonjol adalah introvert.

Kata kunci: psikoanalisis, kepribadian tokoh utama, “Botchan”, Natsume Soseki.

(15)

xv ABSTRACT

Ghaisani,Shabrina Alifah. 2017. “The Personality of the Main Character Botchan, in Botchan by Natsume Soseki: Psychology Literature Studies.” Undergraduate thesis, Japanese Literature, Diponegoro University, Semarang, Supervisor, Nur Hastuti, S.S, M.Hum.

The main purpose of this thesis is the explain the structural aspects in the novel of Botchan and its main character’s personality. This research uses a novel tetled Botchan, as the object of the studies.

The methodology that is used in this thesis is the libarary research to obtain. The data which will be able to enhane the research. Furthermore, the theories that support the research are the structural theories, the personality theories: cognitive functions and general attitude by Carl Gustave Jung and normal values.

The result of the analysis shows the four functions of psychological types in Botchan, which are sensation, intuition, rational and emotional. The basic functions that are the most dominant in Botchan are sensing and emotional. The general type in Botchan in introversion. As this thesis has been analysed based on the cognitive functions, the most dominate general attitude is the introvert type.

(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Karya sastra merupakan bagian dari aspek kebudayaan sederhana yang tersusun secara majemuk dalam wujudnya beraneka ragam simbol dan makna sifat yang terkandung di dalamnya. Karya sastra dapat dipahami secara menyeluruh apabila dihubungkan dengan aspek-aspek yang ada di sekitarnya karena sumber dari ide yang bertujuan kesejahteraan. Selain itu karya sastra menyuguhkan potret kehidupan dengan menyangkut persoalan sosial dalam masyarakat, setelah mnegalami pengendapan secara intensif dalam imajinasi pengarang, maka lahirlah pengalaman kehidupan sosial tersebut dalam bentuk karya sastra.

Karya sastra (novel, cerpen, dan puisi) adalah karya imajinatif, fiksional, dan ungkapan ekspresi pengarang ( Susanto, 2012:32). Karya sastra erat kaitannya dengan kehidupan. Karya sastra merupakan buah pemikiran atau pengekspresian dari seorang pengarang. Antara seorang pengarang dengan pengarang yang lain dalam menampilkan karyanya berbeda, sebab mereka mempunyai ciri khas yang berbeda-beda.

(17)

2

terjadi dalam kehidupan manusia inilah yang menjadi topik menarik dalam menciptakan suatu karya sastra.

Menurut Nurgiyantoro (2000:10) mengemukakan bahwa novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrisik yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur instrisik tersebut berupa tema, amanat, alur (plot), tokoh dan penokohan, latar (setting) dan sudut pandang (point of view). Unsur intrinsik merupakan unsur utama dalam pembetukan sebuah karya sastra, sedangkan unsur ekstrinsik merupakan unsur yang mendukung dalam pembentukan karya sastra.

Sebuah novel biasanya mengisahkan atau menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan juga sesamanya. Di dalam sebuah novel, biasanya pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada berbagai macam gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung di dalam novel tersebut. Salah satu penulis yang mengungkapkan keadaan sosial budaya yang tengah terjadi pada masyarakat Jepang pada waktu itu dalam karya sastranya adalah Natsume Soseki.

(18)

Sebagian novelnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, termasuk Wagahai wa Neko de aru (I Am a Cat) dan Kokoro (Rahasia Hati). Setelah lulus Jurusan Bahasa Jepang Universitas Kekaisaran Tokyo, Soseki bekerja sebagai guru sekolah lanjutan pertama di Matsuyama sebelum melanjutkan kuliah ke Inggris. Salah satu karyanya yaitu novel Botchan.

Botchan merupakan suatu karya sastra berupa novel yang tokohnya mempresentasikan kehidupan nyata. Orangtuanya menganggap Botchan adalah anak berandalan tanpa masa depan. Ibu dan Ayahnya meninggal ketika dia masih kecil. Dengan uang yang masih tersisa, dia mampu meneruskan sekolah dan kuliah. Dan akhirnya Botchan menjadi seorang guru di kota kecil yang berada cukup jauh dari Tokyo. Selama Botchan menjadi guru, kehidupannya tidak lepas dari masalah. Karena Botchan adalah seorang guru muda yang melakukan pemberontakan

terhadap “sistem” di sebuah sekolah tersebut. Sifat Botchan yang selalu terus terang

dan tidak mau berpura-pura sering kali membuat ia mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang sekitarnya.

(19)

4

satunya sistem sekolah di suatu desa yang menurut Botchan itu aneh atau tidak adil. Dalam hal memperjuangkan ketidakadilan dalam hidup membuat novel ini semakin menarik untuk dianalisis.

Setiap manusia memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda, begitu juga dengan Botchan. Kepribadian merupakan gambaran dari kehidupan dan watak dari seseorang. Menurut David Daiches (1984:352) bahwa kepribadian tokoh cerita fiksi muncul dari sejumlah peristiwa dan bagaiman reaksi tokoh tersebut pada peristiwa yang dihadapinya. Banyak hal yang mempengaruhi kepribadian Botchan, mulai dari konflik dengan keluarganya sampai konflik dengan pekerjaannya. Menurut penulis, bagian kepribadian tokoh utama adalah salah satu bagian yang paling menonjol untuk dianalisis. Kepribadian sangat erat dengan psikologi, maka penulis akan menggunakan psikologi sastra sebagai pijakan utama pada penelitian ini.

(20)

Dalam hal ini penulis akan menggunakan teori kepribadian Carl Gustav Jung untuk menganalisis kepribadian tokoh utama melalui sikap jiwa dan fungsi jiwa. Sikap jiwa yaitu berupa ekstrovert dan introvert, sedangkan fungsi jiwa yaitu berupa Fungsi Jiwa Sensitif (Pengindra), Fungsi Jiwa Intuitif, Fungsi Jiwa Rasional (Berpikir), dan Fungsi Jiwa Emosional (Perasa).

Selain teori struktural dan teori kepribadian, penulis juga menggunakan nilai moral untuk mendukung penelitian ini. Karya sastra tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan tetapi juga berisi pesan-pesan yang ingin disampaikan berupa pendidikan moral yang digambarkan melalui sikap maupun tingkah laku dari tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Moral merupakan suatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, yang merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan makna yang disarankan lewat cerita. (Nurgiyantoro, 2007:321)

(21)

6

1.2.Rumusan Masalah

Dalam uraian di atas, peneliti menemukan adanya tiga permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana unsur struktural dalam novel Botchan karya Natsume Soseki

khususnya tokoh dan penokohan, latar, serta alur dan pengaluran?

2. Bagaimana kepribadian tokoh utama Botchan dalam novel Botchan?

3. Nilai moral apakah yang terkandung dalam novel Botchan?

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengungkapkan unsur struktural dalam novel Botchan karya Natsume Soseki khususnya tokoh dan penokohan, latar, serta alur dan pengaluran.

2. Mengungkapkan kepribadian tokoh utama Botchan dalam novel Botchan. 3. Mengungkapkan nilai moral yang ada dalam novel Botchan

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah ilmu tentang pengetahuan

tokoh, watak tokoh dan mengetahui tipe-tipe kepribadian ekstrovert tiga tokoh

(22)

difokuskan pada aspek tokoh dan penokohan, latar, alur dan pengaluran dan juga

aspek kepribadian para tokoh.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca tentang kepribadian tokoh

utama dari teori psikologi sastra. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat

menjadi referensi bagi penelitian lain yang sejenis serta menambah referensi

tentang telaah sastra Jepang.

1.5.Ruang lingkup

(23)

8

1.6.1. Metode penelitian

1.6.1.1Metode pengumpulan data

Data dalam penelitian ini adalah novel Botchan karya Natsume Soseki. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode pustaka melalui teknik baca, yaitu dengan membaca keseluruhan novel dengan cara intensif, baca ulang, kemudian dianalisis.

1.6.1.2. Metode analisis data

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode struktural yakni menganalisis unsur-unsur instrinsik novel Botchan, seperti halnya tokoh dan penokohan, alur, serta latar. Metode yang kedua adalah metode psikologi sastra. Metode tersebut penulis gunakan untuk menganalisis kepribadian tokoh utama menggunakan teori Carl Gustav Jung. Metode yang terakhir adalah mencari nilai-nilai moral yang ada dalam novel Botchan.

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I merupakan pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

(24)

BAB III merupakan pemaparan hasil dan pembahasan dari analisis dari kepribadian tokoh utama Botchan, unsur struktural dalam yang meliputi tokoh dan penokohan, latar, serta alur dan pengaluran dan nilai moral dalam novel tersebut

(25)

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1.Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini tinjauan pustaka berfungsi untuk memberikan pemaparan tentang penelitian dan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan karena memiliki kemiripan dengan penelitian mengenai novel Botchan. Berikut ini merupakan uraian penelitian-penelitian sebelumnya yang mempunyai kesamaan objek material dan perbedaan dengan penelitian ini:

Penelitian berjudul “Pengaruh Perhatian Keluarga Terhadap Perilaku dan

(26)

Penelitian berjudul “Analisis Konflik Sosial Tokoh Utama Botchan Karya Natsume Soseki” skripsi yang ditulis Jessi Mega Simanjuntak mahasiswa Sastra

Jepang, Universitas Sumatera Utara. Penulis tersebut menggunakan pendekatan sosiologis dan pendekatan semiotika. Dengan menggunakan pendekatan semiotika dalam menganalisis penulis dapat mengetahui konflik sosial yang dialami tokoh Botchan melalui interaksi-interaksi tokoh utama dengan tokoh-tokoh lain. Persamaan dari penelitian ini adalah hanya pada objek materialnya yaitu novel Botchan, sedangkan objek formalnya penelitian ini berbeda dengan penelitian Jessi Mega Simanjuntak. Karena penelitian ini menggunakan metode psikologi sastra dengan teori psikoanalisis Carl Gustav Jung, bukan pendekatan sosiologis dan pendekatan semiotika.

Penelitian yang berjudul “Psikologi Eksistensialisme pada Botchan dalam

(27)

12

2.2.Kerangka Teori

2.2.1 Teori Struktural

Dalam bukunya yang berjudul poetika, yang ditulis sekitar tahun 340 SM di Athena (Teeuw, 2013:94) Aristoteles meletakkan dasar yang kuat untuk pandangan yang menganggap karya sastra sebagai struktur yang otonom. Pendekatan struktural berangkat dari pandangan kaum strukturalisme yang menganggap karya sastra sebagai struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan berhubungan antara satu dan lainnya. Dalam menganalisis struktural karya sastra dapat dilakukan dengan mengindentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah pemahaman dan pengkajian unsur struktur harus ditopang oleh pengetahuan yang mendalam tentang pengertian, fungsi, peran dan segalanya sesuatu yang berkaitan dengan unsur itu. Dalam karya fiksi misalnya, kita tidak mungkin dapat “merebut makna” tokoh dan penokohan tanpa kita mengetahui apa pengertian tokoh, bagaimana peran dan fungsi tokoh, bentuk-bentuk watak dalam segala situasi. Demikian juga mengenai alur, latar, tema, dan sarana-sarana sastra yang lain (Jabrohim, 2014:73). Tetapi harus diperhatikan juga mengenai makna unsur-unsur itu secara keseluruhan dan sebaliknya.

(28)

latar atau yang lain (Nurgiyantoro, 2000:37). Tetapi unsur-unsur instrinsik (struktural) yang akan penulis bahas dalam penelitian ini yaitu: tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, serta latar. Kaitan antar unsur yang satu dengan unsur lainnya akan dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1.1Tokoh dan Penokohan

Menurut Nurgiyantoro (2000: 164) dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering digunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi, secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Tokoh adalah pelaku cerita yang menunjuk pada orangnya, sedangkan penokohan lebih luas pengertiannya dari tokoh karena penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita. Tokoh menempati peranan yang sangat penting dalam sebuah karya sastra. Melalui tokoh, pengarang mencoba menyampaikan pesan dan amanat yang terdapat pada karyanya. Berikut adalah beberapa peran tokoh sesuai dengan karakternya yaitu:

a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

(29)

14

karena itu tokoh sangat menentukan alur secara keseluruhan. Di pihak lain, kemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya secara langsung ataupun tidak langsung.

b. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Jika dilihat dari segi penampilannya, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Menurut Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2000:178) mengatakan bahwa tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya sacara popular disebut hero, biasanya tokoh protagonis berwatak baik dan tokoh antagonis berwatak jahat. Tokoh protagonis selalu memberikan dampak positif terhadap pembaca, sedangkan tokoh antagonis selalu memberikan dampak negatif terhadap pembaca.

c. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat

(30)

d. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang

Berdasarkan cerita berkembang atau tidaknya perwatakan, tokoh-tokoh dalam novel dapat dibedakan menjadi tokoh statis dan tokoh berkembang. Menurut Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2000: 188) tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sedangkan tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan peristiwa dan alur yang dikisahkan.

2.2.1.2Latar

Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2000:216) latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dapat memberikan cerita secara jelas dan konkret. Hal ini penting kepada pembaca, karena dapat menciptakan suasana tertentu seolah-olah sungguh-sungguh terjadi. Pembaca dengan mudah dapat mengoperasikan imajinasinya, dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan dan, aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih akrab.

(31)

16

a. Latar Tempat

Latar tempat menggambarkan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita. Latar tempat biasanya berkaitan dengan latar sosial, karena setiap daerah pasti memiliki kebiasaan, kebudayaan, norma serta adat istiadat yang berbeda. Dengan adanya latar tempat, pembaca dapat mendeskripsikan keadaan tempat secara realistis dengan yang terdapat pada novel. Deskripsi tempat secara realistis itu penting, agar bisa membuat pembaca memikirkan seolah-olah yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 2000:227). Latar tempat akan berpengaruh terhadap pengaluran dan penokohan, sehingga menjadi saling berhubungan.

b. Latar Waktu

Latar waktu menggambarkan kapan sebuah peristiwa itu terjadi. Dalam sebuah cerita sejarah, hal ini penting diperhatikan. Karena pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita. Pembaca juga berusaha memahami dan menikmati cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya yang berasal dari luar cerita yang bersangkutan. Hal tersebut dapat mengesani pembaca seolah-olah cerita itu benar-benar ada dan terjadi ( Nurgiyantoro, 2000:230). Jadi latar waktu dalam fiksi dapat dihubungkan dengan waktu sejarah.

c. Latar Sosial

(32)

pandangan hidup dan bersikap, dan lain-lain yang termasuk latar yang bersifat kejiwaan seperti yang disebutkan sebelumnya. Dan latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2000:233-237). Jadi latar sosial merupakan bagian latar secara keseluruhan.

2.2.1.3Alur dan Pengaluran

Alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan banyak orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi lainnya (Nurgiyantoro, 2000:110). Agar menjadi sebuah alur, peristiwa-peristiwa haruslah diolah dan disiasati secara kreatif. Menurut Kenny (Nurgiyantoro, 2000:113) mengemukakan alur sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.

(33)

18

2.2.2. Teori Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa dan karya dalam berkarya, sedangkan pembaca menanggapi karya juga tak lepas dari kejiwaan masing-masing (Endraswara, 2008:96). Psikologi sastra menampilkan aspek-aspek kejiwaan tokoh-tokohnya, oleh karena itu dibutuhkan teori lain untuk mengungkapkan kejiwaan tokoh tersebut. Psikologi dan sastra sama-sama mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya kalau psikologi gejala tersebut riil, dalam sastra bersifat imajinatif.

Menurut Noor (2009:91) dalam aktivitas penelitian psikologi sastra yang sering dilakukan orang adalah penelitian sastra secara psikologis. Dalam penelitian teks sastra secara psikologis sering digunakan teori psikoanalisis ala Freud, sebab menurut Freud terdapat titik-titik temu anatara penelitian teks sastra dengan psikoanalisis, terutama dalam hal metodenya. Karena seorang psikonalis menafsirkan penyakit jiwa pasiennya melalui ucapan, sedangkan seorang peneliti teks sastra menafsirkan bahasa melalui sebuah teks.

(34)

2.2.3. Teori Psikoanalisis

Teori yang digunakan untuk menganalisis kejiwaan adalah teori kepribadian. Kepribadian berasal dari kata personality (Inggris) yang berasal dari kata persona (Latin) yang berarti kedok atau topeng, dimaksudkan untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teori psikologi sastra dengan menerapkan teori psikoanalisis Carl Gustav Jung. Psikoanalisis yang diterapkan dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam karya sastra. Psikoanalisis dalam karya sastra dapat mengungkapkan berbagai macam watak, sikap, dan kepribadian tokoh. Dalam memahami aspek-aspek maupun gejala-gejala kejiwaan pada diri tokoh, diperlukan ilmu bantu lain yaitu teori kepribadian.

Kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkah laku, kesadaran dan ketidaksadaran (Alwilsol, 2014:39). Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Karya sastra memuat kepribadian tokoh yang memiliki peran penting untuk menghidupkan cerita yang hendak disampaikan oleh pengarang. Kepribadian tokoh adalah karakter atau sifat yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku tokoh dalam cerita.

(35)

20

diuraikan tipe kepribadian menurut Jung berdasarkan sikap jiwa manusia, ekstrovert dan introvert, serta berdasarkan fungsinya yaitu fungsi berpikir (rasional), fungsi perasa (emosional), fungsi pengindra (sensitif), dan fungsi intuitif.

2.2.3.1Tipe kepribadian a. Berdasarkan Sikap Jiwa

Yang dimaksud sikap jiwa ialah arah energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis itu dapat keluar maupun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia terhadap dunianya, dapat ke luar ataupun ke dalam. Begitu juga arah orientasi manusia terhadap dunianya, dapat keluar atau pun ke dalam dirinya (Suryabrata, 2000:161). Berdasarkan sikap jiwanya kepribadian dibagi menjadi dua yaitu:

(a). Ekstrovert

(36)

(b). Introvert

Introvert yaitu kepribadian yang tertutup, lebih banyak berorientasi pada diri sendiri. Tidak mudah kontak dengan orang lain. Orientasinya terutama tertuju kedalam pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektifnya. Dalam kondisi kurang normal seorang introvert menjadi orang yang pesimis dan cemas, karena dunia dan manusia sekitarnya siap menghancurkannya. Dunianya adalah suatu pelabuhan yang aman. Bahaya bagi introvert adalah kalau jarak dengan dunia obyektif terlalu jauh, sehingga orang lepas dari dunia obyektifnya. Ciri introvert yang tampak dalam diri orang dewasa adalah kecenderungan menilai rendah hal-hal atau orang lain, sekedar untuk mengurangi bobot kepentingan mereka.

Kedua sikap yang berlawanan itu ada dalam kepribadian, tetapi biasanya salah satunya dominan dan sadar, sedangkan yang lainnya kurang dominan dan tak sadar. Hanya sedikit orang yang murni mempunyai ekstrovert dan introvert (Alwilsol, 2014:46). Karena masing-masing berpengaruh lingkungan sekitar dan masing-masing sikap mempunyai kelemahan dan kekuatan.

(37)

22

a. Berdasarkan Fungsi Jiwa

Menurut Jung (dalam Suryabrata, 2000:158) membedakan empat pokok fungsi jiwa yaitu dua rasional yang terdiri dari pikiran dan perasaan, sedangkan dua irasional terdiri dari pengindraan dan intuisi. Dapat dibedakan menjadi empat tipe kepribadian yaitu:

(a). Fungsi Jiwa Pengindra (Sensitif)

Bentuk-bentuk kepribadian yang dipengaruhi terutama oleh pancaindra. Orang-orang yang berkepribadian pengindra umumnya senang yang praktis dan realistis selain itu mudah percaya, sangat menghargai, dan memiliki kemampuan untuk mengerti perasaan-perasaan orang lain sehingga mereka sangat hati-hati dalam membaca kebutuhan dan perilaku orang lain. Fungsi jiwa sensitif (pengindra) sangat menjaga perasaan orang lain.

(b). Fungsi Jiwa Intuitif

Intuitif adalah suatu jalan merasakan, cara membawakan informasi kepada budi dan jiwa. Kepribadian intuitif menurut Jung adalah suatu kepribadian yang muncul secara sendirinya secara alamiah seperti kepribadian sensitif. Kepribadian ini digerakkan alam bawah sadar (unconscious) manusia. Orang intuitif sangat optimis, dan mempunyai antusiasme yang tinggi. (c). Fungsi Jiwa Berpikir (Rasional)

(38)

mereka yang introvert. Mereka umumnya kurang emosional dan kurang tertarik pada perasaan orang lain.

(d). Fungsi Jiwa Perasa (Emosional)

Orang yang berkepribadian perasa cenderung menilai sesuatu berdasarkan apa yang diinginkan dan apa yang tidak diinginkan. Fungsi perasaan harus bisa dipisahkan dari emosi. Perasaaan adalah sebuah evaluasi dari aktivitas sadar yang dilakukan.

Keempat fungsi itu ada pada setiap orang, biasanya dalam tingkat operasional dan perkembangan yang berbeda. Salah satu fungsi yang paling berkembang dominan adalah fungsi superior dan menentukan tipe kepribadian orangnya. Tujuan ideal yang diperjuangkan oleh kepribadian adalah mengembangkan keempat fungsi itu dalam tingkat yang sama, sehinggga tidak ada

yang superior dan inferior (Alwilsol, 2014:47). Jadi sebenarnya tiap orang

mempunyai tipe pemikir, tipe perasa, tipe pengindra, dan tipe intuitif.

2.2.4 Nilai Moral

Banyak karya sastra anak yang memiliki kandungan moral yang disampaikan pengarang melalui tokoh-tokohnya dengan perbuatan yang menurut moral hal tersebut baik untuk dilakukan maupun sebaliknya. Nilai merupakan suatu yang menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, artinya sesuatu yang baik (Bertens, 1993:139).

(39)

24

(40)

25

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III ini terdiri atas dua subbab, yaitu subbab analisis struktural dan subbab analisis kepribadian ekstrovert tokoh utama. Subbab analisis struktural menjelaskan unsur-unsur intrinsik novel Botchan yang mencakup unsur tokoh dan penokohan, latar, serta alur dan pengaluran.

Subbab analisis kepribadian tokoh utama menjelaskan pembahasan dari

kepribadian tokoh utama Botchan berdasarkan teori Carl Gustav Jung yang meliputi

introvert, sikap jiwa dan fungsi jiwa.

3.1 Analisis Struktural Novel Botchan Karya Natsume Soseki

Unsur-unsur intrinsik yang akan dibahas dalam novel ini antara lain

meliputi: tokoh dan penokohan, latar, serta alur dan pengaluran. Berikut ini akan

dibahas satu persatu unsur-unsur intrinsiknya.

3.1.1 Tokoh dan Penokohan

3.1.1.1 Tokoh

(41)

26

penokohan memiliki pengertian yang lebih luas karena mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana wataknya dan bagaimana pelukisannya dalam sebuah cerita.

a. Tokoh Botchan

Tokoh Botchan dalam novel Botchan merupakan tokoh protagonis dalam cerita. Seorang anak yang ceroboh, nakal tetapi jujur. Sejak kecil Botchan sudah mengalami beberapa kecerobohan yang selalu membuat dirinya dalam masalah.

Sifat ceroboh Botchan terdapat dalam kutipan berikut.

小学校 居 時分学校 飛び降 一週間ほ 腰 抜

あ 無闇 聞 人 あ 知 別段深い理 い 新築 首 出 い 同級生 一人 冗談

い 威張 飛び降 出来 い (Natsume Soseki,

1992:1)

Shougakkouni iru jibungakkouno nikai kara obi orite ichishuukan hodo koshi o nukashita kotoga aru. Naze sonna muyami o shita tokiku hito ga arukamo shirenu. Betsudanfukai ryuude monai. Shinchikuno nikai kara kubiwo dashiteitara, doukyuuseino hitoriga jyoudanni, ikura ibattemo, sokokara tobi oriru kotoha dekimai.

Pernah, suatu ketika saat aku masih di sekolah dasar, aku melompat dari jendela di lantai dua dan akibatnya tidak bisa berjalan selama seminggu. Beberapa di antara kalian mungkin bertanya-tanya kenapa aku melakukan hal sembrono itu. Tidak ada alasan khusus. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:11)

(42)

Ada juga beberapa kenakalan Botchan yang membuat orang tuanya putus asa, anak itu tidak akan pernah jadi apapun. Sifat kenakalan Botchan terdapat dalam kutipan berikut. tsurete, mosakuno ninjinbatake o arashita kotoga aru. Ninjinno mega desorowanu tokoro e waraga ichimenni Shiite attakara, sono uede sannin ga hannichisumou o toristudzukeni tottara, ninjin ga minna fumi tsubusarete shimatta.

Banyak kenakalan lain yang kulakukan selain kejadian tadi. Misalnya, aku pernah merusak kebun wortel Mosaku bersama sahabat lamaku Kane, yang bekerja di tukang kayu setempat, dan Kaku anak tukang ikan. Bagian kebun dimana tunas wortel tidak tumbuh dengan baik ditutupi dengan jerami, jadi kami bertanding gulat separuh hari disana, menginjak-injak semua wortel. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:13)

(43)

28

Kali lain yang membuatku masalah besar adalah ketika aku menyumbat sumur sawah furukawa. Sumur ini sumber tempat air mengalir masuk dan keluar ke sawah di sekitarnya. Air mengalir melalui bamboo tebal yang ditanam cukup dalam di tanah, setelah sendi-sendi bambunya dicongkel supaya bisa berfungsi seperti tabung bolong. Waktu itu aku tidak tahu apa fungsi saluran tersebut, jadi kusumbat dengan batang pohon dan batu. Setelah memastikan aliran air terhenti, aku pulang, dan tepat saat makan, Furukawa datang berteriak-teriak dengan wajah semerah bit. Seingatku, masalah baru bisa diselesaikan setelah ada uang yang bicara. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:14)

Dalam kutipan diatas menjelaskan bahwa kenakalan yang Botchan perbuat adalah masalah yang cukup besar. Karena Botchan sudah menyumbat sumur sawah Furukawa yang menyebabkan saluran air tersebut berhenti. Saat itu Botchan tidak tau apa fungsi dari saluran air tersebut. Untuk menyelesaikan masalah tersebut harus ada uang yang bisa menyelesaikan semua permasalahan yang Botchan perbuat.

う 例 兄 親不孝

死 云 惜 兄 横 面 張 大変

(Natsume Soseki, 1992:2)

Soushitara rei no ani ga ore o oyafukou da, ore no tameni, okaasan ga hayaku shindandato itta. Kuyashi kata kara, ani no yookottsu o hatte taihen shikarareta.

Kemudian kakakku bilang aku anak celaka, dan gara-gara akulah Ibu meninggal secepat ini. Aku marah besar sehingga menampar wajahnya, membawaku kepada masalah besar. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:14-15)

(44)

kakaknya yang sedikit licik terhadap Botchan. Mereka selalu bertengkar kira-kira satu kali dalam seminggu.

Sifat Botchan tidak selalu merugikan orang lain dan tidak selalu bersifat negatif. Botchan memiliki sifat yang jujur dan tanggung jawab, berikut adalah kutipan sifat jujur Botchan.

憚 男 合 裏へ廻 う

い了見 (Natsume Soseki, 1992:29)

Habakari nagara otokoda. Uke atta koto o uchi e hogo ni suru younasa mo shiiryouken wa motterun.

Aku orang yang terus terang dan jujur. Bila aku menyetujui sesuatu, aku bahkan tidak akan bermimpi menjilat kembali ludahku. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:99)

Kutipan di atas menunjukkan sifat Botchan yang selalu berterus terang dan jujur. Sifat yang sudah menjadi karakter khusus bagi tokoh Botchan. Pernyataan itu mengartikan bahwa segala sesuatu yang telah diucapkan harus sesuai dengan kenyataan yang ada dan apa adanya.

中学 居 自分 少 い

聞 時 尻込 う 怯 一 い い 極

い い 潔 (Natsume Soseki,

1992:18)

Oredatte chuugaku ni ita jibun wa sukoshi wa itazura moshita monda. Shika shidare ga shita toki kareta tokini, shirigomi o suru youna hikyouna koto wa tadano ichidomo nakatta. Shita mono wa shita node, shinai mono wa shinaini kiwamatteru. Orenanzo wa ikura, itazura o shitatte kebboku na monoda.

(45)

30

kalau kau tidak melakukannya, berarti kau bukan pelaku. Sederhana itu. Meski membuat kekacauan, setidaknya aku selalu jujur. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:66)

Sifat Botchan di dalam kutipan tersebut menunjukkan bahwa Botchan memiliki sifat jujur dan bertanggung jawab atas kenakalan yang dilakukannya. Botchan memiliki prinsip jika membuat kekacauan, setidaknya Botchan selalu jujur. Jika Botchan berniat berbohong supaya terbebas dari konsekuensi, sejak awal Botchan tidak akan melakukan kekacauan. Maka dari itu Botchan berkata jujur kepada gurunya bahwa Botchan yang akan bertanggung jawab.

正直 い 誰 乗 怖 い (Natsume Soseki,

1992:26)

“Shoujiki ni shiteireba darega jyouji tatte kowaku wa naidesu.”

“Selama saya jujur, saya tidak takut orang mengambil keuntungan dari diri saya.” (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:90)

Kutipan diatas terjadi saat Botchan sedang memancing dengan Yoshikawa dan Kemeja Merah. Kemeja Merah mengatakan bahwa Botchan mempunyai sifat suka bicara berterus terang itu bisa membuat orang lain mengambil keuntungan dan akan memanfaatkan Botchan. Selama Botchan jujur, Botchan tidak takut kalau orang lain mengambil keuntungan dari dirinya.

b. Tokoh Kemeja Merah

(46)

何 断わ 婆 あ 赤 ャ 馬鹿 怯 あ (Natsume Soseki, 1992:47)

“Nandemo okotowarida. Obaasan, ano akashatsu wa bakadesuze. Hikyoudesaa”

“Karena memang harus. Catat kata-kata saya. Kemeja Merah itu

pembohong dan pengecut.” (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:149)

Kutipan di atas merupakan percakapan Botchan kepada Nenek Hagino. Botchan sangat yakin kalau Kemeja Merah itu pembohong dan pengecut. Karena sebelumnya Kemeja Merah memberitahu Botchan bahwa gaji Botchan akan dinaikkan, tetapi Botchan merasa ada yang aneh kenapa tiba-tiba gajinya dinaikkan.

議論 いい人 善人 い 遣 込 方 悪人 限 い 表向 赤 ャ 方 々 表向 い 立派

腹 中 惚 訳 行 い (Natsume Soseki, 1992:47) Giron no ii hitoga zennin to wa kimaranai. Yari komerareru houga akuninto wa kagiranai. Omotemuki wa akashatsuno houga jyuujyuu motto modaga, omotemukiga ikura rippa date, harano naka made horesaseru wakeni wa ikanai.

Hanya karena seseorang pandai beragumen, tidak berarti orang itu orang baik. Sama halnya seseorang yang dikalahkan dalam argument adalah orang jahat. Di permukaan argument Kemeja Merah tampak seratus persen benar, tapi penampilannya saja, betapapun menariknya, tidak akan bisa membuatmu jatuh cinta pada karakter keseluruhan seseorang. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:155)

(47)

32

c. Kiyo

Tokoh Kiyo dalam novel Botchan merupakan protagonist dalam cerita. Kiyo adalah seorang pelayan dirumah Botchan yang baik hati suka memberi hadiah kepada Botchan dan suka memberi Botchan semangat.

物 時 必 兄 居 い時 限 (Natsume

Soseki, 1992:3)

Kiyo ga mono o kureru tokiniha kanarazu oyaji mo ani mo inai toki ni kagiru. Kiyo hanya memberi hadiah-hadiah ketika Ayah dan kakakku tidak ada di sana. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:18)

清 云う 成 う

思 い (Natsume Soseki, 1992:3)

Shikashi Shin ga naru naru to iu monodakara, yappari ka ni nareru ndarou to omotte ita.

Walaupun aku tidak bisa membayangkan diriku jadi apa pun, Kiyo terus

menerus menyemangati, “Kau bisa! Pasti Bisa!”, jadi aku berpikir mungkin

aku memang bisa. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:19)

Kutipan berikutnya menjelaskan Kiyo menerima apa adanya saat Botchan membeli rumah baru dan tidak berserambi indah.

玄関付 家 至極満足 様子 あ 気 毒 今 月 い え 肺 炎 罹 死

(Natsume Soseki, 1992:70)

Kiyo wa gen kan genkan-tsuki no iedenakutte mo shigoku manzoku no yōsudeattaga kinodokuna koto ni kotoshi no tsuki wa ie n haien ni kaka kakatte shinde shimatta.

(48)

Kutipan berikutnya menjelaskan kesetiaan bawahan terhadap majikannya. Di saat kedua orang tua Botchan telah meninggal dunia dan kakaknya menjual rumahnya, tetapi Kiyo tetap setia kepada Botchan.

出 い え 来

(Natsume Soseki, 1992:3)

…sore ja odashinasai, tori kaete kite agemasukarato..

“Baiklah, berikanpadaku lagi, aku akan mencari gantinya untukmu” (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:18)

Kutipan di atas terjadi saat Kiyo memberikan uang 3 yen kepada Botchan, tetapi saat Botchan pergi ke toilet uang tiga yen yang Botchan simpan di dompet kain kimono jatuh ke sebuah lubang. Kiyo pun segera mengambil sebuah tongkat bamboo dan mengambilnya.

3.1.1.2 Latar

Latar dikelompokkan bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan pembaca dapat berimajinasi secara faktual jika membaca cerita fiksi. Unsur latar dalam novel Botchan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Latar Tempat

Latar tempat adalah dimana seorang tokoh mengalami kejadian atau peristiwa didalam cerita karya fiksi. Deskripsi tempat secara realistits itu penting, agar bisa

(49)

34

ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 2000:227). Latar yang terdapat dalam novel ini di antaranya dapur, losmen , kapal, stasiun Shimbashi, dan lapangan.

母 病気 死 日前 所 返 へ い 角 肋骨

撲 大い 痛 (Natsume Soseki, 1992:2)

Haha ga byouki de shinu ni-san chi mae daidokoro de chuugaeri o shite hettsui no tsuno de a bara bo ne rokkotsu o u nagutte ooini itakatta.

Ibuku sakit, dan sekitar dua atau tiga hari sebelum dia meninggal, aku jungkar balik di dapur dan menabrakkan tulang rusukku dengan keras ke sudut kompor masak. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:14)

清 時々 所 人 居 い時 あ 真 直 い 気性 ほ賞 時々あ (Natsume Soseki, 1992:2)

Shin wa tokidoki daidokoro de hito no inai toki ni anata wa ma massugu jikade yoi go kishouda to ho homeru koto ga tokidoki atta.

Kadang-kadang di dapur, saat tidak ada orang lain, Kiyo akan berkata, “ Kau selalu berterus terang, sifatmu baik.” (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:16)

Berdasarkan dua kutipan di atas latar tempatnya adalah dapur. Di saat

(50)

Kutipan di atas menjelaskan sebelum kakaknya berangkat ke Kyushu untuk bekerja, kakaknya memberikan enam ratus yen untuk bisa digunakan sebagai modal usaha. Botchan terkejut dengan kemurahan hati kakaknya yang menurutnya ini merupakan tindakan yang sungguh terhormat. Lalu Botchan mengambil uang tersebut dan mengucapkan terima kasih kepada kakaknya.

兄 十 出 い 清 渡 云 異議 引 日立 新橋 停車場 分 兄 後一 逢わ い (Natsume Soseki, 1992:5)

Ani wa sore kara gojyuuendashite kore o tsuide ni shinni watashitekureto ittakara, igi naku hiki uketa. Futsukatatte shinbashi no teishaba de wakareta giri ani niha sono goibbenmo awanai.

Kakakku memberiku lima puluh yen lagi dan menyuruhku memberikannya ke Kiyo, yang tanpa ragu langsung kusanggupi. Kami berpisah dua hari kemudian di stasiun Shimbashi dan tidak pernah berjumpa lagi sejak saat itu. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:22-23)

Kemurahan hati kakaknya tidak hanya memberi Botchan enam ratus yen saja, tetapi kakaknya memberikan lima puluh yen lagi untuk diberikan kepada Kiyo. Tetapi dua hari kemudian kakaknya berangkat ke Kyushu. Pertemuan di stasiun Shimbashi merupakan pertemuan terakhir bagi mereka berdua.

家 畳 清 所へ 折々行 清 甥 いう 存外結構 人 あ 行 び 居 え 何 款待

(Natsume Soseki, 1992:6)

Ie o tatande kara mo kyoshi no tokoro e wa orioriokonatta. Kyoushi no oi toiu no wa zongaikekkou na hitode aru. Orega ikutabini, ori sae sureba, nani kureto motenashite kureta.

(51)

36

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Botchan tidak tinggal serumah dengan Kiyo, Botchan lebih memilih tinggal di losmen. Maka dari itu Botchan terkadang pergi mengunjungi Kiyo di rumahnya. Kiyo selalu membanggakan Botchan kepada keponakannya, kalau Botchan akan segera lulus dan akan membeli rumah besar. Kejadian tersebut tidak terjadi sekali, tetapi berkali-kali.

う 云 汽船 艀 岸 漕 寄 来 船頭 真 裸 赤 い 蛮 所 熱 着物 い (Natsume Soseki, 1992:6-7)

Buuto itte kisenga tomaruto, hashike ga kishi wo hanarete, kogi yosete kita. Sendou wa mabbadaka ni akafundoushi o shinu teiru. Yaban na tokoro da. Motto mo kono atsusa de wa kimono wa raremai.

Saat kapal berhenti bersama ledakan sirenenya, perahu seret bergerak mendekati kami. Si tukang perahu nyaris telanjang, dengan hanya tertutupi selembar cawat merah. Sungguh tempat barbar! Walau tentu saja, tidak akan ada yang mampu mengenakan kimono dalam panas seperti ini. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:28)

Kutipan di atas menjelaskan dalam perjalanannya, Botchan menaiki kapal. Tetapi kapalnya sudah berhenti dan perahu seret bergerak mendekati kapal tersebut. Tujuan Botchan sebenarnya belum sampai, tetapi Botchan sudah disuruh turun oleh kepala keuangan kapal karena disinilah Botchan harus turun. Suatu desa nelayan dan sepertinya seukuran daerah Omori di Tokyo.

舞 対 方面 花火 花火 中 風船 出 帝国万歳 い あ 主 わ わ飛 営所

へ落 (Natsume Soseki, 1992:60)

Butai to wa hantai no houmende, shikiri ni hanabi o ageru. Hanabi no naka kara fuusen ga deta. Teiko banzai tokaite aru. Tenshuuno matsuno ue o fuwaguwa tonde eishono naka e ochita.

(52)

itu melambung melewati pohon-pohon cemara yang tumbuh di area istana, kemudian mendarat di barak tentara. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:187)

Kutipan di atas menjelaskan Botchan sedang menonton pertunjukkan tari bersama Hotta di sisi lapangan.

b. Latar Waktu

Latar waktu adalah suatu kejadian dimana tokoh berada pada saat kejadian peristiwa dalam cerita yang sedang telah terjadi. Berikut adalah beberapa kutipan

yang berkaitan dengan latar waktu.

あ 日 晩大町 云う所 散歩 い 郵便局 隣 蕎麦 い 東 注 加え 看 あ 蕎麦 大好 あ

(Natsume Soseki, 1992:13)

Aruhi no banoomachi to iu tokorowo sanposhite itara yuubinkyouku no tonarini soba to kaite, shita toukyou to chuu o kuwaeta kanban ga atta. Ore wa soba ga daisukidearu.

Suatu malam ketika berjalan-jalan di bagian kota yang bernama Omachi, aku melihat papan tanda di samping kantor pos dengan tulisan: Mie Soba, dan tulisan lebih kecil: ala Tokyo. Aku suka sekali mie. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:51)

Kutipan di atas menjelaskan ketika Botchan berjalan-jalan pada malam hari, Botchan melihat sebuah tempat makan yang bertuliskan Mie Soba dan ada tulisan kecil yang bertuliskan ala Tokyo. Semenjak datang ke kota ini, dengan urusan sekolah dan barang antik, Botchan melupakan kegemarannya makan mie, tetapi untuk saat ini Botchan memutuskan untuk makan dan masuk ke tempat makan tersebut.

(53)

38

員 寄 自分勝手 校長 好い加減

纏 う (Natsume Soseki, 1992:30)

Gogo wa, senya oreni taishite burei o hatara ita kishukusei no shobunhou ni tsuite no kaigida, kaigi to iu mo wa surete hajimete dakaratonto youkoga wakaranai ga, shokuinga yotte, takatte jibunkatte na setsuwo tatete, sore wo kouchou ga ii kagen ni matomeruno darou.

Sore harinya diadakan pertemuan untuk memutuskan tindakan apa yang akan diambil kepada para penghuni asrama yang mempermainkanku. Aku belum pernah menghadiri pertemuan semacamnya, sehingga tidak tahu akan berlangsung seperti apa pertemuan itu. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:102)

Dalam kutipan di atas dijelaskan pertemuan diadakan pada sore hari. Pertemuan diadakan karena Botchan merasa dipermainkan oleh penghuni asrama dan itu membuat Botchan kesal.

8 夜 萩 家 宿人 驚い い 銀

敷 引 払う 翌日 入 い 気 顔 居 部 占領 (Natsume Soseki, 1992:36)

8 sono yoru kara hagino no ie no geshukuninto natta. Odoroita no wa, ore ga ika ginno zashiki o hiki harauto, yokujitsu kara ire chigai ni no daga heikina kaowoshite, ore no ita heya wo senryoushita kotoda.

Sejak malam itu, aku menjadi penghuni rumah Hagino. Yang membuatku terkejut adalah, di hari setelah kepergianku dari Ikagin, Yoshikawa pindah ke sana dan tinggal di kamar lamaku seolah hal tersebut merupakan hal paling biasa di dunia. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:119)

Kutipan di atas latar waktunya adalah pada malam hari. Yaitu ketika Botchan menjadi penghuni Rumah Hagino. Awalnya Botchan tinggal di Ikagin, tetapi sekarang kamar lama Botchan yang di Ikagin dipakai oleh Yoshikawa.

(54)

Akuru hime ga samete miruto, karadajyuuitakute tamaranai. Hisashiku kenka o shitsukenakattakara, konnani kotaerun darou.

Pagi berikutnya ketika membuka mata, aku mendapati seluruh tubuhku terasa sakit. Sudah lama aku tidak terlibat perkelahian sehingga tubuhku kurang terlatih, seharusnya aku tidak heran bila tubuhku bereaksi seperti ini. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:194)

Kutipan di atas latar waktunya adalah pada pagi hari, yaitu ketika Botchan membuka mata dan merasa sekujur tubuhnya terasa sakit. Botchan melakukan perkelahian kemarin bersama Hotta, untuk menghentikan perkelahian antara murid sekolah kejuruan dengan murid sekolah mereka.

Dari setiap kutipan yang dipaparkan di atas menunjukkan adanya latar waktu yang terjadi pada setiap kejadian dalam novel Botchan.

3.1.1.3 Alur dan Pengaluran

Alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan banyak orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi lainnya. Stanton melalui Nurgiyantoro mengemukakan bahwa alur adalah cerita yang berisi kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain (2012:113).

Novel Botchan memiliki alur campuran. Karena di tengah-tengah cerita, terkadang Botchan menceritakan masa kecilnya. Berikut beberapa kutipannya:

間 あ人並 勉強 別段 いい方 い 席順 い 勘 方 便利 あ 不思議

(55)

40

Minenkan maa hitonami ni benkyouha shita ga betsudan tachino ii houdemonaikara sekijyuun haitsu demo shitakara kanjyousuru kataga benride atta. Shikashi fushigina monode, sannen tattara tousotsugyoushite shimatta. Jibunde mo okashii to omottaga kujyou o iu wakemonai kara otonashi sotsugyou shiteoita.

Selama tiga tahun aku belajar sekeras semua orang, tapi karena tidak memiliki kecerdasan yang istimewa, selalu akan lebih mudah melihat posisiku di kelas dari urutan bawah. Anehnya, aku berhasil lulus. Aku sendiri menganggap ini mencurigakan, tapi karena aku tidak punya alasan untuk protes, aku tutup mulut dan menerima kelulusan. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:24)

Kutipan di atas adalah alur maju. Karena menjelaskan perjuangan Botchan selama tiga tahun belajar dan berhasil lulus. Anehnya Botchan tidak percaya kalau lulus karena posisi nilainya berada di urutan bawah. Tetapi Botchan tidak mau mabil pusing kenapa dengan nilai di urutan bawah bisa lulus, lebih baik menerima saja kelulusan.

清 借 い 経 今日 返 い 返 い い 返 い 清 今 返 う

懐中 あ い い (Natsume Soseki, 1992:28) Ore wa Kiyo kara sanen kariteiru. Sono sanen wa inentata kyou mademada kaesanai. Kae senainjyanai. Kaesanainda. Kiyoshi wa imani kae sudarounado to, karisomeni mo oreno kaichuu o atenishite hainai.

Memang benar lima tahun lalu, Kiyo pernah meminjamkan tiga yen yang tidak pernah kukembalikan. Bukannya aku tidak bisa membayar, tapi aku memang tidak ingin melunasinya. Kiyo tidak pernah menganggapnya pinjaman ataupun pernah mengincar uangku, lagi pula aku tidak berniat mengembalikannya kemudian membuatnya serasa seolah aku menganggapnya orang asing. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:95)

(56)

punya uang, melainkan Botchan tidak mau menganggap Kiyo seperti orang asing. Dan Kiyo tidak pernah mengincar uangku sampai saat ini.

あ 嬉 う 舎へ 行 い 東 清 う 持 云 (Natsume Soseki, 1992:70)

Oremo Amari ureshikattakara, mou inaka e wa ikanai, toukyou de shintou uchi wo motsundato itta.

Aku pun begitu bahagia sehingga berkata, “ Aku takkan pernah pergi ke

pedesaan itu lagi. Aku akan membeli rumah di Tokyo dan hidup

bersamamu.” (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:217)

Kutipan di atas adalah alurnya maju. Karena di kutipan tersebut menjelaskan bahwa Botchan tidak akan pernah pergi ke desa itu lagi dan ingin tinggal bersama Kiyo dan membeli rumah di Tokyo. Botchan benar-benar tidak akan balik lagi ke desa itu lagi, apalagi ke kembali mengajar di sekolah menengah di Shikoku, Botchan tidak mau.

3.2 Analisis Tipe Kepribadian Tokoh Utama Botchan dalam Novel Botchan

(57)

42

Langkah pertama yang penulis lakukan adalah menganalisis tipe kepribadian tokoh berdasarkan fungsinya. Penulis akan memfokuskan penulisan pada tokoh utama Botchan.

3.2.1 Tokoh Botchan

3.2.1.1 Fungsi Jiwa

Menurut Carl Gustav Jung fungsi jiwa terdiri dari empat fungsi, yaitu fungsi sensitif (pengindra), fungsi intuitif, fungsi rasional (berpikir), dan fungsi emosional (perasa) yang akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Fungsi Pengindra (Sensitif)

Botchan memiliki fungsi pengindra (sensitif) pada dirinya. Hal tersebut dapat dilihat melalui sikap Botchan yang menerima dengan besar hati berikut kutipannya:

到底人 好 性 い あ い 人 木 端 う 扱わ 何 思わ い え 清 う

ほ 不審 考え (Natsume Soseki, 1992:2-3)

Ore wa toutei hito ni sukareru seidenai to akiramete itakara, tanin kara ki no hashi no youni toriatsukawa reru no wa nantomo omowanai, kaette kono Shin no youni chiyahoya shite kureru no o fushin ni kangaeta.

Sudah lama aku pasrah pada kenyataan bahwa aku tidak akan pernah menjadi orang yang disukai, jadi aku tidak ambil pusing bila mereka memperlakukanku seperti kotoran. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:16)

(58)

Bukti lain yang menjelaskan Botchan berlapang dada adalah Botchan tidak pernah diberi uang saku oleh Ayahnya, berikut kutipannya:

外 苦 少 小遣い い 閉 (Natsume Soseki, 1992:4)

Sono soto ni ku ni naru koto wa sukoshi mo nakatta. Tada oyaji ga kodzukai o kurenai ni wa heikou shita.

Selain daripada itu, aku sama sekali tidak mencemaskan apapun meski memang mengesalkan betapa Ayah tidak pernah memberiku uang saku. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:20)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Botchan mempunyai fungsi sensitif yaitu dengan berlapang dada. Botchan tidak mempermasalahkan jika Ayahnya tidak pernah memberinya uang saku, karena Botchan tau Ayahnya sangat tidak suka dengan Botchan. Walaupun mengesalkan, tetapi Botchan kadang-kadang mendapatkan uang saku dari Kiyo.

う へ帰 宿 主 茶 入 う 云 来 茶 入 云う 馳走 思う 茶 遠慮 入 自分 飲 (Natsume Soseki, 1992:12)

Sorekara uchi e kaette kuru to, yado no teishu ga ocha o iremashou to yutte yatte kuru. Ochawoireru to iukara gochisou o suru no ka to omou to, ore no cha o enryonaku irete jibun ga nomu noda.

Bagaimanapun, keadaan di sekolah baik-baik saja, sayangnya tidak begitu di tempat tinggalku. Aku memutuskan untuk bersabar menerima kedatangan si pemilik rumah dan tingkahnya yang selalu meminum tehku, tentu saja tidak lebih daripada itu, tapi dia mulai datang sambil membawa berbagai macam benda.

(59)

44

berikutnya si pemilik rumah datang lagi dengan membawa benda yang lain lagi dan Botchan masih menghargainya walaupun Botchan sebenarnya tidak suka dengan kedatangan si pemilik rumah.

b. Fungsi Intuitif

Fungsi intuitif adalah tipe kepribadian yang irasional. Kepribadian ini digerakkan alam bawah sadar (unconscious) manusia. Fungsi intuitif tidak jauh berbeda dengan fungsi pengindra (sensitif).

赤 ャ 勧 釣 行 帰 山嵐 疑 出 無い 種 宿 出 云わ 時 い い 不埒 奴 思

(Natsume Soseki, 1992:43)

Akashatsu ni susume rarete tsuri ni itta kaeri kara, yamaarashi o utagu guri dashita. Nai koto o tane ni geshuku wo shutsuro to iwa reta tokiha, iyoiyo furachina yatsuda to omotta.

Aku mulai mencurigai Hotta sejak aku pergi memancing dengan Kemeja Merah. Memberitahuku aku harus keluar dari tempatku menginap hanya alasan sepele, telah meyakinkan diriku bahwa dia memang penipu. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:140)

Kutipan di atas menjelaskan fungsi intuitif Botchan adalah optimis. Fungsi tersebut digerakkan oleh alam bawah sadarnya. Botchan sangat yakin bahwa Hotta telah menipunya karena harus keluar dari tempat Botchan menginap karena hal sepele. Botchan tidak mengerti apa maksud Hotta untuk meyuruh Botchan harus keluar dari penginapannya.

c. Fungsi Rasional

(60)

Mereka sulit mengungkapkan perasaan, khususnya mereka yang introvert. Botchan memiliki fungsi rasional di dalam dirinya. Fungsi jiwa Botchan yang rasional dapat terungkap ketika Botchan mengajar di sebuah sekolah menengah. Berikut kutipannya:

Shikamo sore ga akashatsu dakara hito o baka ni shite iru. Ato kara kiitara kono otoko wa toshi ga nenjuu aka shatsu o kiru nda souda. Myouna byouki ga atta monoda. Tounin no setsumeide wa aka wa karada ni kusuri ni narukara, eisei no tame ni wazawaza atsuraera eru nda soudaga, hairazaru shinpaida. Sonnara tsuide ni kimono mo hakama mo aka ni sureba ii. Sepertinya dia sarjana sastra, yang berarti dia lulusan universitas dan seharusnya pria terhormat. Anehnya suaranya agak feminin dan yang membuatku takjub, dia mengenakan kemeja flanel merah di udara panas begini. Seberapa pun tipisnya bahan flannel yang dikenakan, dia pasti kepanasan. Cara berpakaiannya memang cermat seperti yang bisa diharapkan dari seorang sarjana sastra, tapi kemeja merahnya terasa konyol. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:35)

Kutipan di atas menjelaskan fungsi rasional yangg dimiliki Botchan adalah suka menganalisis. Saat masa perkenalan, Botchan sudah menilai beberapa guru yang ada di sekolah tersebut. Di antaranya adalah Kemeja Merah. Kemeja merah adalah seorang kepala guru di sekolah tersebut. Botchan menilai penampilan kemeja merah sangatlah aneh, di daerah yang panas ini Kemeja Merah memakai flanel merah.

う 思う 赤 ャ う コ メチ ク 色男 問 自 任 い あ 教育 生 フロ クコー 着 云わ 狸 い (Natsume Soseki,1992:40)

(61)

46

Di lain pihak, ada para Kemeja Merah di dunia yang dengan keangkuhan, menempatkan diri sebagai penguasa keindahan dan keanggunan, kemudian orang-orang seperti Tanuki yang berpikir mereka penjelmaan pendidikan itu sendiri dengan mantel panjang. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:132)

Kutipan di atas juga menjelaskan fungsi rasional Botchan yang rasional. Botchan menilai kalau Kemeja Merah adalah orang yang angkuh dan menempatkan dirinya sendiri sebagai penguasa keindahan. Lalu Tanuki adalah perwujudan pendidikan itu. Maksudnya Tanuki yang menjalankan sistem pendidikan di sekolah tersebut karena Tanuki adalah seorang kepala sekolah.

d. Fungsi Perasa

Fungsi perasa (emosional) bisa dilihat dari orang tersebut cenderung menilai sesuatu berdasarkan apa yang dinginkan dan apa yang tidak diinginkan. Fungsi perasaan harus dipisahkan dari emosi. Fungsi emosional (perasa) yang terdapat pada diri Botchan dapat dilihat ketika Botchan mengajar di sekolah. Berikut kutipannya:

箆棒 先生 出来 い 当 前 出来 い 出来 い 云う 不思議 あ 出来 い 四十

舎へ 控所へ帰 来 (Natsume Soseki, 1992:12)

Beraboume, sensei datte, dekinai no wa atarimaeda. Dekinai no o dekinai to iu no ni fushigi ga aru monka. Sonna mono ga dekiru kurai nara shijuuen de konna inaka e kuru monka to hikaesho e kaette kita.

(62)

pertanyaan-pertanyaan muridnya yang tidak masuk akal. Murid-muridnya mencemooh Botchan karena tidak bisa menjawab pertanyaan mereka. Botchan tidak tahu lagi bagaimana cara mengajarkan murid-murid tersebut. Botchan menyadari menjadi guru tidaklah semudah kelihatannya.

う 始 終え い あ 腹 立 生意気 奴 教え い 云 帰 来 生徒 休 喜

う う 学校 骨董 方 (Natsume Soseki,

1992:14)

Doumo shimatsu ni oenai. Anmari hara ga tattakara, sonna namaikina yatsu wa oshienai to yutte sutasuta kaette kite yatta. Seito wa yasumi ni natte yorokonda souda. Kou naru to gakkou yori kottou no kata ga mada mashida. Semua sudah di luar kendali. Aku tidak tahu harus berbuat bagaimana pada mereka. Setelah berkata aku tidak mau mengajar bocah-bocah kurang ajar seperti mereka, aku berjalan keluar kelas. Kalau begini keadaannya, aku lebih memilih barang antik daripada sekolah. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:54)

Kutipan di atas menjelaskan fungsi jiwa emosional Botchan. Setiap Botchan mengajar pasti ada saja ulah mereka untuk membuat Botchan kesal. Para muridnya itu memang sudah kurang ajar kepada Botchan sehingga Botchan tidak mau mengajar mereka lagi. Botchan menahan diri untuk tidak berkata kasar lebih lanjut, lalu Botchan memilih untuk pergi meninggalkan kelas.

言葉 様子 あ 品 い 心 い 遥 品 人 悠々 引 (Natsume Soseki, 1992:18) Ore wa kotoba ya yōsu koso amari jouhin janaiga, kokoro wa koitsura yori mo haruka ni jouhinna tsumorida. Rokuri wa yuuyuu to hikiageta.

Berbicara dengan orang-orang berotak busuk membuatku muak sehingga aku membiarkan keenam anak itu pergi.

Jika dilihat dari keempat fungsi tersebut, fungsi yang paling menonjol dalam

(63)

48

Botchan dapat terlihat di beberapa kutipan di atas dan seringkali jika Botchan

mengalami masalah emosinya langsung naik.

3.2.1.2 Sikap Jiwa

Jika dilihat dari ciri-ciri sikap jiwa yang dimiliki oleh Botchan adalah kepribadian introvert. Hal tersebut dapat dilihat dari fungsi jiwa superior Botchan adalah pengindra (sensitif) . Hal lain yang mendukung kepribadian introvert Botchan adalah fungsi sekunder Botchan yang emosional yang saling mendukung dengan fungsi superior.

Pada bab II sudah dijelaskan ciri-ciri manusia yang berkepribadian introvert. Ciri-ciri tersebut terdapat dalam diri Botchan. Kepribadian Botchan yang introvert dapat dilihat melalui Botchan yang pesimis, berikut kutipannya:

母 死 日前 愛想 ―― 中持 余 い ―― 町 乱暴者 悪 郎 爪弾 ―― 無暗 珍

(Natsume Soseki, 1992:2)

Haha mo shinu sannichi mae ni aiso o tsukashita ―― oyaji mo nenjū moteamashite iru ―― chounaide wa ranbousha no akutarou to tsumahajiki o suru ―― kono ore o muyamini chinchou shite kureta.

Ibuku, tiga hari sebelum dia meninggal, sudah kehilangan harapan, ayahku menganggapku tidak bisa diatur sepanjang tahun, dan orang-orang di daerah kami memandang rendah aku sebagai anak melarat yang berandalan, namun Kiyo, seakan buta dengan semua itu, menganggapku anak baik. (Novel Botchan dalam Alan Turney, 2016:16)

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambar 1.3 dapat dilihat ketuntasan belajar dari siklus ke siklus, dapat diambil kesimpulan bahwa Penggunaan Media Audio-visual dapat meningkatkan keterampilan

Tabel 2.2 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Standar Prasarana Ruang Praktik Program Studi Keahlian Teknik Mekanik Otomotif

Apabila kebutuhan cairan dalam tubuh terpenuhi, maka akan terhindar dari konstipasi karena cairan dalam proses pencernaan selain itu dapat membantu penyerapan nutrisi yang

Agar mampu memberikan pendidikan agama dengan baik pada remaja Hindu sejak dini, orang tua harus memiliki pemahaman yang cukup baik tentang ajaran agama Hindu.. Dalam

Terhadap PAT tanah, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis mulsa berpengaruh nyata terhadap pori air tersedia (Tabel 2).Data hasil

Memperhatikan proses dan hasil belajar dengan menggunakan model examples non examp- les berbantuan powerpoint di kelas VIIIB SMP Negeri 2 Mojotengah, penulis menyampaikan

Pada alternatif ini proses air baku yang berasal dari sungai masuk menuju ke intake yang dilengkapi dengan screening dan grit chamber yang tujuannya untuk menghilangkan